KEBIJAKAN EKONOMI

Konsolidasi Fiskal Jadi Kunci Agar RI Tak Resesi Ekonomi

Ruang fiskal menjadi faktor penting menghadapi potensi perlambatan ekonomi 2023

By | Jum'at, 02 Desember 2022 15:54 WIB

Menkeu Sri Mulyani (tangkapan layar)
Menkeu Sri Mulyani (tangkapan layar)

JAKARTA, BELASTING—Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali menegaskan APBN 2023 memasang angka defisit sebesar 2,84% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau setara Rp598,1 triliun.

Menkeu Sri Mulyani menyebutkan bahwa defisit APBN 2023 itu merupakan salah satu jangkar yang menjaga perekonomian Indonesia tetap dalam jalur disiplin fiskal, agar tidak terperosok seperti Inggris.

“Pada saat market sangat turbulensi, exchange rate dan interest rate tinggi, kalau enggak punya anchor disiplin fiskal, yang terjadi confidence akan runtuh. Anda lihat aja di United Kingdom atau Inggris,” ujarnya dalam acara Kompas100 CEO Forum 2022, Jumat (2/12/2022).




Seperti yang diketahui, perekonomian Inggris tengah mengalami guncangan akibat perang Rusia-Ukraina. Itu membuat inflasi di negara tersebut meroket, terjadi krisis energi dan pangan, banyak PHK, penduduk miskin meningkat.

Menurut Sri Mulyani, mencukupkan ekspansi fiskal dengan mengembalikan defisit di bawah 3% merupakan jangkar untuk menjaga kepercayaan diri dan stabilitas perekonomian dalam negeri.

Dengan begitu, sambungnya, disiplin fiskal diperlukan untuk menjaga stabilitas perekonomian Indonesia. Menkeu ingin menjaga APBN 2023 tetap sehat, dan suportif di saat yang bersamaan.



“Anda lihat aja di Inggris, [kalau] salah fiscal position bahkan ekonomi sekuat Inggris juga ‘glempang’,” tutur Sri Mulyani.

Dia juga menilai kebijakan fiskal terkait defisit dan APBN 2023 secara keseluruhan yang diambil pemerintah untuk menghadapi kondisi perekonomian tahun depan itu cukup untuk memberi stimulasi.

Terutama stimulasi untuk belanja berbagai kebutuhan guna mendorong pertumbuhan dan pemulihan perekonomian nasional tahun 2023 mendatang.

Dia kemudian menyebutkan total spending Indonesia tahun depan berada di atas Rp3.000 triliun, tepatnya Rp3.061 triliun. Dia menuturkan pagu itu lebih tinggi dari pagu 2022 dan periode pandemi.

“Poin saya adalah fiskal akan tetap suportif, tapi tetap prudent karena dia menjadi jangkar dari stabilitas. Inilah yang kemudian akan menjaga momentum pemulihan ekonomi kita tahun 2023,” ungkap Menkeu. (das)



KOMENTAR

Silahkan berikan komentar dengan baik

Tulis Komentar Anda :