NILAI RUPIAH

Waspada! Rupiah Jeblok Dekati Rp14.900 per Dolar, Harga Barang akan Naik

Harga barang yang tergantung impor, termasuk pangan, akan naik.

By | Senin, 20 Juni 2022 21:03 WIB

Foto ilustrasi.
Foto ilustrasi.

JAKARTA, BELASTING – Nilai rupiah pada sesi perdagangan sore ini, Senin (20/6/2022) ditutup dengan nilai jeblok, yaitu Rp14.836

Siangnya rupiah sebenarnya sempat jeblok lebih parah, mencapai Rp14.904.

Baru menjelang sesi penutupan perdagangan sorenya, naik sedikit ke Rp14.836




Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi, menyatakan lemahnya rupiah hari ini tidak lepas dari dampak kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) yang sudah memicu arus modal keluar atau capital outflow.

“Ini dampaknya sudah terasa, pemerintah dan Bank Indonesia harus mewaspadai kenaikan suku bunga The Fed,” katanya, Senin (20/6/2022).

Sekadar informasi, pelemahan rupiah bukan cuma urusan investor pasar uang, tapi juga masyarakat secara luas.



Pasalnya eksposure perekonomian Indonesia terhadap impor sangat tinggi, bahkan termasuk bahan kebutuhan pokok seperti makanan.

Kedelai, jagung, daging sapi, bawang putih, gandum, hingga pakan ternak, banyak mengandalkan impor.

Peringatan juga disampaikan para ekonom.

Bhima Yudhistira, ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios) mengatakan pelemahan rupiah akan menaikkan biaya produksi di industri manufaktur. Pasalnya banyak industri manufaktur yang masih menggunakan bahan baku impor.

Dampaknya, harga barang-barang akan naik.

“Kenaikan biaya produksi di industri manufaktur ini akan diteruskan ke konsumen, inflasi akan naik” katanya.

Senada dengan Bhima, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) mengatakan sejumlah produk seperti obat-obatan, pakaian, kendaraan, barang elektronik, hingga bahan pangan, akan naik harganya.

Pasalnya produk-produk itu banyak mengandalkan impor.

"[Pelemahan rupiah] akan semakin mengkatrol harga barang-barang yang kita impor, seperti bahan pangan, obat-obatan, pakaian, kendaraan, elektronika, dan lainnya, maupun bahan baku bagi industri dalam negeri,” katanya.

Sekadar catatan, sebelumnya Bank Indonesia melaporkan terjadi arus modal keluar sebesar Rp7,34 triliun pada periode 13-16 Juni 2022 atau selama empat hari.

Arus modal keluar (capital outflow) itu karena para investor portfolio mencari imbalan yang lebih tinggi di pasar uang AS setelah The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin. (bsf)



KOMENTAR

Silahkan berikan komentar dengan baik

Tulis Komentar Anda :