TRAGEDI KANJURUHAN

Tim Independen: Aparat Tidak Tahu Ada Pelarangan Gas Air Mata

Tim juga menyebut tidak ada sinkronisasi antara regulasi keamanan FIFA dan Peraturan Kapolri.

By | Jum'at, 14 Oktober 2022 19:02 WIB

JAKARTA, BELASTING—Aparat keamanan yang bertugas ketika Tragedi Kanjuruhan terjadi ternyata tidak pernah mendapat pembekalan tentang pelarangan penggunaan gas air mata.

Hal tersebut diungkapkan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Stadion Kanjuruhan pada kesimpulan laporan TGIPF, Jumat (14/10/2022).

"Tidak pernah mendapatkan pembekalan atau penataran tentang pelarangan penggunaan gas air mata dalam pertandingan yang sesuai dengan aturan FIFA," ungkap kesimpulan laporan tersebut.




Selain itu, TGIP juga menyatakan tidak ada sinkronisasi antara regulasi keamanan FIFA (FIFA Stadium Safety and Security Regulations) dan Peraturan Kapolri dalam penanganan pertandingan sepak bola.

"Tidak terselenggaranya TFG (Tactical Floor Game) dari semua unsur aparat keamanan (Brimob, Dalmas, Kodim, Yon Zipur-5)," tulis TGIPF.

Aparat juga disebut tidak memedomani tahapan-tahapan sesuai dengan Pasal 5 Perkapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian.



Adapun Tahap I yakni pencegahan; Tahap II adalah perintah lisan; Tahap III adalah kendali tangan kosong lunak; Tahap IV adalah kendali tangan kosong keras.

Kemudian Tahap V adalah kendali senjata tumpul, senjata kimia/gas air mata, semprotan cabe dan Tahap VI adalah penggunaan senjata api.

"Aparat keamanan melakukan tembakan gas air mata secara membabi buta ke arah lapangan, tribun, hingga di luar lapangan," tulis TGIPF.

Tragedi Kanjuruhan terjadi pada Sabtu malam (1/10) usai laga Arema FC versus Persebaya Surabaya. Saat itu, hanya ada suporter Arema karena suporter Persebaya dilarang menonton.

Ketika setelah laga lanjutan Liga 1 itu berakhir, ada sejumlah suporter turun ke lapangan dan dihalau aparat gabungan.

Aparat kemudian menembakkan gas air mata yang beberapa di antaranya ke arah tribun penonton. Akibatnya suporter di tribun panik menghindari gas air mata dan berdesak-desakan ke pintu keluar yang terbatas.

Sebanyak 132 orang tewas dan ratusan lainnya luka akibat kejadian tersebut. Tragedi ini menjadi sorotan dunia, dan berbagai klub sepakbola dunia. (Isa)



KOMENTAR

Silahkan berikan komentar dengan baik

Tulis Komentar Anda :