JAKARTA, BELASTING—Meski hari ini menguat, nilai tukar rupiah diprediksi lanjut melemah dan berisiko mencapai level Rp14.500 per dolar Amerika Serikat (AS) menjelang rilis data inflasi AS.

Pada penutupan perdagangan Selasa (7/12/2021), nilai tukar rupiah menguat 64 poin atau 0,44% menjadi Rp14.378 per dolar AS.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyampaikan depresiasi nilai tukar rupiah itu masih dalam level yang terkendali.

“Kita selama ini selalu menunjukkan kepada pasar kita bisa menstabilkan nilai tukar. Jangan bicara level ya, hari ini Rp13.000, besok Rp13.400, tapi lihat volatilitasnya,” katanya, Selasa (7/12/2021).

Dody mengatakan di antara negara emerging market di Asia, rupiah termasuk salah satu dari 4 mata uang yang tetap terjaga stabil.

Hal ini tercermin dari depresiasi nilai tukar rupiah yang jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan mata uang di Thailand, Malaysia, dan singapura.

“Thailand, Malaysia, Singapura depresiasinya sampai belasan persen, sementara kita di kisaran 1,3-1,6%,” paparnya.

Nilai tukar rupiah terus menunjukkan perlemahan dua pekan terakhir. Pada penutupan perdagangan Jumat (3/12/2021), rupiah ditutup melemah 22 poin atau 0,15%ke level Rp14.419 per dolar AS.

Pada Senin, (6/12/2021), nilai tukar rupiah lanjut melemah 0,16% atau 22,5 poin ke posisi Rp14.442 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS terpantau menguat 0,20% ke level 96,31 pada pukul 15.21.

Beriringan dengan itu, mata uang lain di kawasan Asia juga terkoreksi terhadap dolar AS, di antaranya yen Jepang turun 0,33%, rupee India turun 0,28%, dan won Korea Selatan turun 0,22%. (Isa)