VAKSINASI ANAK

3 Anak Meninggal setelah Divaksin

Program vaksinasi anak usia 6-11 tahun diwarnai kasus meninggalnya 3 bocah setelah divaksin.

By | Senin, 03 Januari 2022 08:01 WIB

Marwatun, ibu Naura, memperlihatkan foto Naura di ponselnya (Foto: ist)
Marwatun, ibu Naura, memperlihatkan foto Naura di ponselnya (Foto: ist)

JAKARTA, BELASTING -- Naura Sabrina Galiyah, 9 tahun, jadi bocah ketiga yang meninggal setelah divaksin

Demikian informasi yang dihimpun Belasting, Senin (3/12/2021).

Naura adalah siswi kelas 4 di kecamatan Mojowarno, kabupaten Jombang, Jawa Timur.




Ia meninggal pada Jumat pagi, 31 Desember 2021. Ia sebelumnya mendapat suntikan vaksin Sinovac pada Rabu, 22 Desember 2021.

Menurut ibunya, Marwatun, 42 tahun, seminggu setelah divaksin, tepatnya pada Selasa (28 Desember 2021), Naura mengeluh mual, panas tinggi, sekujur tubuhnya ruam-ruam kemerahan dan sempat muntah berbercak darah.

Naura dibawa ke RSUD Kota Jombang dan diopnam hingga Kamis malam.



Tapi Jumat pagi, 31 Desember, Naura akhirnya meninggal.

Ibunya menduga Naura meninggal karena efek samping vaksin.

"Rasanya kadang menyesal kenapa anak saya divaksin. Tapi ya pasrah, semua yang di atas yang menentukan," kata Marwatun.

Naura bukan kasus pertama.

Sebelumnya, Muhammad Bayu, 12 tahun, bocah kelas 6 SD di kecamatan Mojowarno, juga meninggal setelah disuntik vaksin.

Ia disuntik vaksin Pfizer dosis pertama.

Bocah kelas 6 ini disuntik vaksin pada Senin pagi, 27 Desember 2021, lalu malamnya muntah-muntah dan segera dibawa ke puskesmas setempat.

Tapi Selasa pagi, 28 Dsember 2021, Muhammad Bayu meninggal.

Sedangkan kasus pertama terjadi di Bone, Sulawesi Selatan, menimpa bocah berusia 13 tahun bernama Andi Nur Widya, siswi kelas 1 MTS.

Dia mendapat vaksin dosis pertama pada 26 Oktober, dan dosis kedua pada 23 November 2021.

Widya meninggal sebulan kemudian, pada 22 Desember 2021. Sebelumnya ia mengeluh kakinya bengkak, tubuh bagian belakang sakit dan sulit tidur.

Yang memprihatinkan, kedua orang tuanya tidak tahu bahwa Widya sudah divaksin, karena ia tidak bicara dan pihak sekolah juga tidak memberitahukan.

Orang tua baru tahu Widya sudah divaksin setelah dia mengeluh bengkak dan akhirnya terus terang.

Padahal, Widya memiliki riwayat penyakit jantung bawaan.

Dalam kasus Widya, warga desa banyak menyalahkan screening yang tidak ketat hingga Widya bisa lolos. Selain itu pihak sekolah juga dinilai bertanggung jawab karena tidak meminta izin dulu pada orang tua.

Irfan, kepala desa Gattareng, desa tempat keluarga Widya tinggal, mengatakan dalam kasus meninggalnya Widya, prosedur screening seharusnya bisa lebih hati-hati.

"Kita bukannya anti vaksin, tapi dalam pelaksanaan vaksin, tim medis harus screening hati-hati, jangan asal-alasan, karena ini persoalan nyawa," katanya.

Ia juga berharap sekolah meminta izin pada orang tua sebelum melakukan vaksinasi ke anak.

Atas tiga kasus ini, Hindra Irawan Satari, Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), menyatakan penyebab meninggalnya ketiga bocah itu bukan karena vaksinasi.

"Kasus kematian di Kabupaten Jombang disimpulkan unclassifiable atau tidak cukup data," katanya Hindra sebagaimana dikutip dari siaran pers Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Ahad (2/1/2022).

"Sementara, kasus kematian di Kabupaten Bone disimpulkan (karena) koinsiden dengan penyakit jantung bawaan," tambahnya lagi.

Sekadar informasi, saat ini pemerintah mulai melakukan vaksinasi terhadap anak-anak usia 6-11 tahun.

Pelaksanaan vaksinasi anak ini dimulai sejak 15 Desember 2021 lalu, dengan vaksinasi di SD Cideng, Gambir, Jakarta Pusat, yang disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Rencananya pemerintah akan memvaksin 26,4 juta anak usia 6-11 tahun. (bsf)



KOMENTAR

Silahkan berikan komentar dengan baik

Tulis Komentar Anda :