PENGHILIRAN SAWIT

Presiden Resmikan Pabrik Minyak Makan Merah Pujakesuma

Penghiliran kelapa sawit menjadi minyak makan merah akan direplikasi di sejumlah sentra kebun rakyat

By | Kamis, 14 Maret 2024 23:41 WIB

Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik percontohan minyak makan merah Pagar Merbau di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra Utara, pada Kamis, 14 Maret 2024. Foto: BPMI Setpres/Kris
Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik percontohan minyak makan merah Pagar Merbau di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra Utara, pada Kamis, 14 Maret 2024. Foto: BPMI Setpres/Kris

Belasting, MEDAN - Presiden Joko Widodo meresmikan Pabrik Minyak Makan Merah Pagar Merbau milik Koperasi Pujakesuma di Kabupaten Deli Serdang, Kamis (14/3/2024). Fasilitas produksi tersebut siap direplikasi di sejumlah sentra perkebunan sawit rakyat.

”Kita ingin nilai tambah itu ada di dalam negeri. Oleh sebab itu, kita bangun pabrik minyak makan merah, ini yang pertama kali," kata Presiden Joko Widodo. 

Pabrik Minyak Makan Merah Pagar Merbau dikelola oleh Koperasi Pujakesuma merupakan satu dari tiga pilot project minyak makan merah yang digagas Kementerian Koperasi bekerja sama dengan PTPN.




Presiden berharap pabrik minyak makan merah dapat memberikan nilai tambah yang baik bagi para petani sawit, utamanya yang sudah dalam bentuk koperasi. 

"Jadi, harga TBS (tandan buah segar) tidak naik dan turun karena di sini semuanya diolah menjadi barang jadi yaitu minyak makan merah,” ujar Presiden Joko Widodo.

Presiden Jokowi menjelaskan, salah satu keunggulan minyak makan merah ini adalah harganya yang lebih kompetitif dibandingkan minyak goreng pada umumnya, serta kandungan vitamin A dan E yang tetap terjaga. 



Pabrik tersebut juga merupakan bagian dari upaya hilirisasi, yaitu proses peningkatan nilai tambah komoditas melalui pengolahan menjadi produk jadi. “Jangan jual TBS, jangan jual CPO, kalau bisa jadikan barang-barang jadi seperti ini."

Pabrik Minyak Makan Merah Pagar Merbau berkapasitas produksi 10 ton CPO (crude palm oil) per hari, dan diharapkan dapat menghasilkan sekitar 7 ton minyak makan merah setiap hari. 

Presiden pun mengajak masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri ini sebagai langkah mendukung pemasaran dan konsumsi produk yang berkelanjutan.

REPLIKASI

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan bahwa selain tiga pilot project tersebut, saat ini tengah disiapkan skema mandiri dari koperasi petani sawit rakyat di sejumlah lokasi.

"Seperti di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan; Kabupaten Pelalawan, Riau; Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat; serta provinsi lainnya untuk mereplikasi Pabrik Minyak Makan Merah di Pagar Merbau ini," katanya.

Menteri Teten berharap, ke depan setiap 1.000 hektare perkebunan sawit yang dikelola oleh koperasi harus dilengkapi dengan pabrik minyak makan merah sebagai infrastruktur pelengkapnya.

“Sesuai Arahan Bapak Presiden, hilirisasi kelapa sawit menjadi minyak makan merah oleh koperasi bertujuan untuk memastikan agar petani semakin sejahtera, memastikan keberlanjutan pasokan minyak goreng sehat dengan harga terjangkau untuk masyarakat,” katanya.

Menurut Teten, saat ini lebih dari 40% lahan perkebunan sawit di Indonesia dimiliki dan dikelola oleh petani swadaya. Namun, ia menyayangkan bahwa berpuluh-puluh tahun petani sawit dihadapkan dengan persoalan harga tandan buah segar (TBS) yang naik turun dan penuh ketidakpastian.

“Pada sisi lain, kita juga menghadapi pasokan dan harga minyak goreng di pasar yang juga sangat dinamis. Bahkan, pernah pada satu waktu langka di pasaran dengan harga melambung tinggi,” ujar Menteri Teten.

Minyak makan merah diyakini mampu menjadi alternatif minyak goreng sehat, karena mengandung senyawa alami kelapa sawit dengan harga yang terjangkau untuk masyarakat Indonesia, bahkan minyak makan merah juga dapat digunakan untuk mengatasi stunting.

Indonesia sebagai negara penghasil sawit terbesar di dunia dengan luas lahan 15,34 juta ha, di mana 40,5% atau sekitar 6,2 juta ha adalah milik dan dikelola oleh petani rakyat.

Oleh karena itu, perkebunan tersebut harus bisa memberi nilai tambah lebih bagi petani, agar tidak hanya memanfaatkan penjualan TBS.



KOMENTAR

Silahkan berikan komentar dengan baik

Tulis Komentar Anda :