GREEN BUSINESS

Phapros Tekan Beban Usaha Triwulan I 2024

Sepanjang triwulan I 2024, Phapros berhasil menekan sekitar Rp24 miliar pada total beban usaha.

By | Selasa, 30 April 2024 01:01 WIB

 Saat ini Phapros memproduksi lebih dari 250 item obat, di antaranya adalah obat hasil pengembangan sendiri dan salah satu produk unggulan Phapros yang menjadi pemimpin pasar di kategorinya adalah Antimo. - Foto Phrapros
Saat ini Phapros memproduksi lebih dari 250 item obat, di antaranya adalah obat hasil pengembangan sendiri dan salah satu produk unggulan Phapros yang menjadi pemimpin pasar di kategorinya adalah Antimo. - Foto Phrapros

Belasting, JAKARTA – PT Phapros Tbk., yang juga bagian Holding BUMN Farmasi, berhasil menekan beban perusahaan dengan tetap mengutamakan standar kualitas produk melalui implementasi green business yang terintegrasi.

Sepanjang triwulan I 2024, Phapros yang 56,7% sahamnya dimiliki oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk, ini berhasil menekan sekitar Rp24 miliar pada total beban usaha perusahaan, di sisi lain juga berhasil menekan beban produksi lebih dari 22% dibandingkan realisasi periode yang sama di tahun sebelumnya.

Plt. Direktur Utama PT Phapros Tbk. Ida Rahmi Kurniasih mengatakan penurunan beban biaya ini adalah hasil dari implementasi program keberlanjutan terintegrasi dalam perusahaan sehingga pengelolaan rantai pasokan dan pemasaran produk menjadi lebih efisien.




"Ini merupakan suatu  pencapaian bagi Phapros dan merupakan bukti dari komitmen kami untuk menghasilkan dampak positif bagi perusahaan dan lingkungan” ujarnya, Selasa (30/4/2024).

Sebagai pengakuan atas komitmen Phapros terhadap green business, Pemprov Jawa Tengah melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Tengah memberikan Penghargaan Gerakan Hemat Energi dan Air (HEA) Kategori Industri yang diserahkan pada 22 April 2024 oleh Pj. Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana, di Wonosobo, Jawa Tengah.

“Penghargaan ini menjadi kebanggaan bagi Phapros karena upaya yang konsisten di lakukan dari tahun ke tahun memberikan dampak positif bagi manusia, bisnis dan planet, hingga di apresiasi oleh pemerintah," katanya. 



Konsistensi tersebut ditunjukkan oleh adanya ide dan inovasi dari karyawan untuk mengurangi, mendaur ulang, mengolah ulang sumber daya air dan energi dalam operasional perusahaan.

Adapun manajemen mendukung dengan melakukan investasi yang tepat, kemitraan dengan para ahli energi dan lingkungan dari Perguruan Tinggi agar tetap sinergis.

Selain itu inovasi di bidang konservasi lingkungan, khususnya aspek efisiensi energi dan air, dapat meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya kegiatan produksi yang ramah lingkungan sehingga dapat tercipta bisnis yang berkelanjutan.

Ida menambahkan, meskipun kinerja perseroan selama triwulan I 2024 mengalami tekanan, seluruh jajaran berkomitmen untuk terus melakukan perbaikan fundamental bisnis, baik dari aspek operasional maupun finansial. 

Dengan fokus produk, fokus konsumen, penataan keuangan, serta transformasi SDM, manajemen meyakini momentum triwulan I 2024 ini adalah langkah awal untuk melompat menuju pertumbuhan signifikan ke depannya. 

Hal ini dibuktikan dengan cashflow Perusahaan yang tetap positif hingga saat ini, serta adanya perbaikan dari sisi biaya. 

“Kami optimistis atas perolehan di sepanjang 2024. Pembelajaran dari 2023 dan triwulan I 2024, menjadi semangat tersendiri untuk menguatkan kolaborasi dari semua unsur untuk mencapai target di sepanjang tahun." 

Phapros secara internal juga telah menyiapkan beberapa strategi demi terciptanya keunggulan pabrikasi, keunggulan operasional dan keunggulan pemasaran, yang didukung dengan digitalisasi di semua lini dan berbasis pada konsep environment, sustainability dan governance.

Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda mengapresiasi langkah perusahaan yang mengusung kebijakan energi bersih. Menurutnya, salah satu isu yang mengemuka adalah isu perusakan hilirisasi industri yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan merugikan dalam jangka menengah dan panjang.

“Kita ketahui bersama, daerah-daerah pertambangan seperti nikel ternyata mengalami kenaikan kemiskinan dan ketimpangan. Kemudian untuk desa-desa dengan ketergantungan sektor tambang mempunyai masalah dari mulai ketersediaan pendidikan, kesehatan, terutama ekologi,” ungkapnya.

Kemudian, soal penggunaan batubara yang harus dikurangi terutama untuk pembangkit listrik. Kehadiran PLTU selama ini sudah menyebabkan kerugian lingkungan yang cukup signifikan. Dampak turunannya adalah pengembangan EBT juga akan terhambat karena insentif EBT masih relatif kecil.

“Maka jika ada perusahaan, baik negara atau swasta, yang ingin menggunakan energi bersih dalam operasional mereka, itu sangat bagus sekali. Sebuah kebijakan perusahaan yang patut ditiru.”



KOMENTAR

Silahkan berikan komentar dengan baik

Tulis Komentar Anda :